Ramai Istilah “Aura Maghrib” di Media Sosial, Berikut Ini Maknanya

Demaknews.id-Belakangan ini, istilah “Aura Maghrib” menjadi viral di platform media sosial, terutama TikTok. Istilah ini awalnya muncul sebagai bagian dari bahasa gaul yang sering digunakan oleh warganet.
Namun, seiring dengan popularitasnya, istilah ini mulai menimbulkan kontroversi karena konotasi negatif yang dibawanya.
Makna dan Konotasi “Aura Maghrib”
Pikiran Rakyat menjelaskan bahwa istilah “Aura Maghrib” merujuk pada penampilan seseorang yang memiliki kulit gelap. Istilah ini mengaitkan waktu Maghrib, yaitu saat langit mulai gelap, dengan warna kulit seseorang. Penggunaan istilah ini sering kali mengarah pada ejekan yang berbau rasis dan body shaming, yang jelas tidak pantas dan tidak sensitif.
Beberapa selebriti dan tokoh masyarakat telah memberikan tanggapan mengenai istilah ini. IDN Times mengabarkan bahwa Marion Jola, misalnya, menyayangkan penggunaan istilah ini dalam konteks negatif. Ia menekankan bahwa Maghrib seharusnya memiliki makna yang indah dan sakral bagi umat Islam, bukan digunakan untuk mengejek penampilan seseorang. Marion Jola mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan istilah-istilah yang bisa menyakiti perasaan orang lain.
Tidak hanya Marion Jola, beberapa tokoh masyarakat lainnya juga menyuarakan keprihatinan mereka. Mereka menekankan bahwa setiap individu harus merasa dihargai dan dihormati terlepas dari penampilan fisik mereka. Mereka juga mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah di media sosial.
Fenomena viralnya istilah ini memberikan beberapa pelajaran penting. Mengutip Pikiran Rakyat, pertama, ini menunjukkan betapa cepatnya istilah-istilah baru dapat menyebar di media sosial dan mempengaruhi cara komunikasi kita. Kedua, ini mengingatkan kita tentang pentingnya sensitivitas dan penghargaan terhadap perasaan orang lain dalam berkomunikasi. Penggunaan istilah yang berpotensi menyakiti orang lain sebaiknya dihindari.
Untuk mengatasi dampak negatif dari istilah seperti “Aura Maghrib,” ada beberapa langkah yang bisa diambil. Edukasi tentang pentingnya menghargai perbedaan dan keberagaman harus ditingkatkan. Selain itu, platform media sosial dapat memainkan peran dengan mengatur konten yang mengandung ejekan atau rasisme. Pengguna media sosial juga perlu lebih bijak dan bertanggung jawab dalam berkomentar atau membuat konten.
Menurut IDN Times, edukasi tentang keberagaman dan pentingnya penghargaan terhadap perbedaan perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat. Ini bisa dimulai dari lingkup keluarga, sekolah, hingga lingkungan kerja. Media sosial juga harus lebih proaktif dalam menghapus konten-konten yang mengandung unsur diskriminatif dan tidak pantas.
Platform media sosial dapat memainkan peran yang signifikan dalam mengatasi isu ini dengan mengatur konten yang mengandung ejekan atau rasisme. Pengguna media sosial juga perlu lebih bijak dan bertanggung jawab dalam berkomentar atau membuat konten. Dengan adanya kebijakan yang lebih ketat, diharapkan konten-konten yang dapat menyakiti perasaan orang lain dapat diminimalisir.
Istilah “Aura Maghrib” telah menyoroti pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar di media sosial. Meskipun viralitasnya menunjukkan dinamika bahasa gaul yang terus berkembang, kita harus selalu mempertimbangkan dampak dari kata-kata kita terhadap orang lain. Edukasi dan kesadaran akan sensitivitas budaya dan perasaan manusia adalah kunci untuk menciptakan lingkungan media sosial yang lebih positif dan inklusif.
Dengan adanya kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya menghargai perbedaan dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang dapat menyakiti perasaan orang lain, diharapkan media sosial dapat menjadi tempat yang lebih ramah dan mendukung bagi semua orang. Edukasi dan kesadaran akan sensitivitas budaya dan perasaan manusia adalah kunci untuk menciptakan lingkungan media sosial yang lebih positif dan inklusif.