Makam Terapung Syekh Mudzakir Wisata Religi di Tengah Laut Demak
Demaknews.id-Di kawasan pantai Sayung, Demak, terdapat sebuah makam unik yang terapung di tengah laut. Makam tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir Syekh Abdullah Mudzakir, seorang ulama besar asal Demak yang lebih akrab dipanggil Mbah Mudzakir. Meski berada di tengah laut, makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah baik dari kawasan Demak maupun luar kota. Berikut adalah kisah perjalanan menuju makam Syekh Mudzakir yang penuh tantangan dan menguji adrenalin.
Perjalanan Menuju Makam
Untuk menuju makam Syekh Mudzakir, peziarah harus melewati jalur yang cukup ekstrem. Perjalanan dimulai dari Jalan Raya Semarang-Demak, kemudian berbelok ke arah kiri menuju kawasan pantai Morosari. Jalan menuju makam berupa tanggul yang sempit dan retak, sehingga pengunjung harus berhati-hati. Selain itu, terdapat jembatan kayu yang harus dilalui, yang kondisinya sedikit mengkhawatirkan karena kayunya mulai keropos dan berlubang.
Meski perjalanan ini cukup menantang, suasana sekitar yang indah dan udara pantai yang segar membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Pengunjung disarankan membawa bekal air minum karena jarak yang ditempuh sekitar 1 km dengan berjalan kaki. Setibanya di lokasi parkir, pengunjung masih harus berjalan melewati jalanan kayu yang mengarah langsung ke makam di tengah laut.
Makam Terapung Syekh Muzakir
Makam Syekh Mudzakir terletak di tengah laut dan dikelilingi oleh air. Makam ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat karena meski terletak di tengah laut, makam ini tidak terkikis oleh pasang surut air laut. Menurut kepala desa Bedono, sebelum tenggelam akibat air laut pasang, kawasan ini dulunya merupakan daratan, termasuk makam Syekh Mudzakir. Namun, seiring waktu, air laut semakin tinggi dan menenggelamkan seluruh makam warga desa Bedono, kecuali makam Syekh Mudzakir dan keluarganya.
Setiap hari, banyak peziarah yang datang untuk memanjatkan doa di makam Syekh Mudzakir. Meskipun hari biasa, pengunjung tetap ramai dan datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang berasal dari pulau Kalimantan. Di sekitar makam juga terdapat beberapa makam lain yang merupakan keluarga Syekh Mudzakir. Selain itu, ada beberapa fasilitas seperti toilet dan warung yang menyediakan kebutuhan pengunjung.
Kisah Hidup Syekh Muzakir
Syekh Mudzakir lahir di Desa Wringin Jajar, Kecamatan Mranggen pada tahun 1869. Beliau dikenal sebagai pencetak kader Kiai Muda di kawasan Demak dan sekitarnya. Sebagai seorang ulama besar, Syekh Mudzakir banyak menyebarkan ajaran Islam di kawasan pantai Sayung, Demak. Beliau meninggal pada tahun 1950 pada usia 81 tahun dan dimakamkan di tempat yang kini dikenal sebagai makam terapung Syekh Mudzakir.
Syekh Mudzakir juga dikenal sebagai seorang petani sebelum akhirnya menjadi ulama besar. Kehidupan sederhana dan dedikasinya dalam menyebarkan ajaran Islam membuatnya dihormati dan dikenang oleh banyak orang. Kini, makamnya menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menarik banyak peziarah dari berbagai daerah.
Renovasi dan Fasilitas
Saat ini, makam Syekh Mudzakir sedang dalam tahap renovasi. Rencananya, akan dilakukan pelebaran pada bagian atap makam untuk memberikan kenyamanan lebih bagi para peziarah. Selain itu, fasilitas seperti toilet dan tempat perhentian perahu juga disediakan untuk memudahkan pengunjung. Bagi peziarah yang menggunakan kapal atau perahu, tersedia dermaga kecil sebagai titik pemberhentian dengan tarif Rp. 5.000 per orang.
Makam Syekh Mudzakir menjadi salah satu bukti bagaimana nilai-nilai religius dan kepercayaan masyarakat dapat menciptakan tempat ziarah yang unik dan penuh makna. Meski harus menempuh perjalanan yang cukup menantang, semangat dan niat tulus para peziarah untuk memanjatkan doa di makam ulama besar ini patut diacungi jempol.
Penutup
Makam Syekh Mudzakir di tengah laut Demak tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga simbol kekuatan spiritual dan keyakinan masyarakat. Perjalanan menuju makam yang penuh tantangan seolah menggambarkan perjalanan hidup Syekh Mudzakir sendiri, yang penuh dedikasi dan pengabdian. Bagi para peziarah, berkunjung ke makam ini bukan hanya tentang berdoa, tetapi juga tentang mengenang dan menghormati jasa seorang ulama besar yang telah banyak memberikan inspirasi bagi banyak orang.